Pada waktu itu, di tempat bernama Syahadah, kelihatan seorang lelaki berjalan menghala ke sebatang pohon yang besar tetapi rendang. Pada waktu itu, sekumpulan manusia yang sedang berteduh dipohon lain yang hampir rebah ke tanah  memandang lelaki itu dengan seribu pertanyaan dan kekeliruan. Tidak tergambar betapa gerunnya keadaan manusia-manusia itu yang sanggup berhimpit-himpit, bergaduh dan menyalahkan antara satu sama lain. Bukan hanya sebatang pohon yang berkeadaan begitu, malah tidak terbilang banyaknya pohon-pohon yang telah rosak, kering dan hampir mati tetapi dikerumi oleh manusia dari pelbagai bahasa dan rupa yang mahu terus berlindung di bawah pohon yang tidak nampak lagi manfaatnya. Aneh. 

Sebelum itu mereka yang kesemuanya berasal dari tempat yang bernama Rahiim adalah manusia yang suci bersih dirinya. Seumpama kain putih yang tidak terlekat oleh kotoran atau warna-warna ideologi yang tercemar. Masing-masing memikul amanah dan tujuan yang sama iaitu mahu mengikut  perintah Tuhan untuk berhijrah dan membina kehidupan di bawah satu-satunya pohon dari syurga yang masih hidup subur di bumi Syahadah itu. Al-kisah pohon itu telah ditanam oleh seorang utusan dari Malakut yang sangat indah negerinya. Tunasnya pula dikurniakan oleh Sang Raja bersinggahsana di Mustawan lalu menjadikan pohon itu sangat kuat, besar dan tegak lurus serta tidak dapat disentuh oleh perubahan ruang, masa dan zaman. Begitulah sifatnya pohon yang dinamakan Tauhid itu yang memiliki akar yang teguh dan cabangnya langsung mekar menjulang ke langit.

Namun dalam langkah manusia berpindah di antara ruang itu, diamati begitu banyak pohon-pohon cacat dan asing  yang tumbuh melata yang hidupnya hanya untuk hidup tanpa arah tujuan. Ada  pohon yang cepat tumbuh tetapi segera mati dan ada pula yang mampu hidup lama untuk menyaingi dan mensyirikkan pohon Tauhid yang sedia wujud itu. Lebih mengerikan, ada pohon-pohon liar yang tumbuh seakan-akan sama rupa dan bentuknya pohon Tauhid itu sehingga berjaya ia menipu, menarik dan mencengkam manusia untuk terus berbakti dan berlindung kepadanya. Begitu banyak manusia tersangkut, lupa dan lena terhadap pohon rapuh yang dirasakan cantik pandangan mata dan memberikan nikmat sementara yang berupa buah-buahan manis tetapi beracun dan membinasakan.Ternyata amat sedikit manusia yang berjaya menemukan pohon Samawi yang indah dan benar itu. Pohon yang penuh rahmat, redha dan keampunan yang telah dijanjikan oleh Tuhannya. 

Begitulah kemuncak kejayaan kepada lelaki tadi yang berjalan menghala ke pohon Tauhid itu. Asalnya dia juga berada didalam kelompok himpitan manusia di antara bawah pohon yang mendustakan itu. Barangkali dia telah menemukan jawapan yang tepat daripada apa yang telah didengarnya sebelum ini. Meyakini bahawa pohon-pohon khayalan yang bukan dari Rabb itu mengajak manusia untuk tidak berpegang kepada tali (agama) Allah, berpecah belah dan bermusuh-musuhan. Keluarnya dia dari pohon asing itu bererti dia melangkah pulang ke pohon asal (Tauhid) yang disitu dipersatukan hati orang-orang yang aman, bersaudara dan telah diselamatkan daripada terus berada di tepi jurang neraka dan dia benar-benar diselamatkan oleh Tuhannya yang Maha Pengasih. Bagi sekumpulan manusia yang asing melihatnya ke pohon Tauhid itu, mereka sedang menunggu azab yang sangat pedih tanpa mereka sangka dan jangka yang pohon-pohon itu telah melalaikan  dan mensyirikkan, sungguh mereka tidak sedari !

Berikan Komen